Legenda Aria Penangsang

       Aria Penangsang adalah seorang keturunan Raja Demak, cucu Sultan Trenggono, Raja Demak yang berkuasa dari tahun 1521-1546 M. Aria penangsang putra dari anak tertua Sultan Trenggono, yang oleh karena beliau mati terbunuh di sungai maka disebut Pangeran Seda Lepen. Menurut beberapa sumber, Sultan Trenggono mempunyai 5 putra, yaitu:
1.   Pangeran Seda Lepen
2.   Pangeran Ratu (Sunan Prawata)
3.   Pangeran Jipang
4.   Ratu Arya Jepara (Ratu Kalinyamat)
5.   Ratu Sedeng Laut

       Sultan Trenggono meninggal mendadak pada tahun 1546 M, pada saat melakukan ekspedisi ke Panarukan. Sepeninggal Sultan Trenggono, di demak terjadi perebutan kekuasaan sehingga jatuh banyak korban di lingkungan keluarga istana. Korban pertama adalah Pangran Seda Lepen, putra tertuan Sultan Trenggono, ayah Arya Penangsang, yang dibunuh atas perintah Pangeran Prawata, yaitu pputra kedua Sultan Trenggono.
Arya Penangsang
       Sepeninggal Pangeran Seda Lepen, Pangeran Prawata menjadi anak laki-laki tertua Sultan Trenggono sehingga dialah yang berhak naik tahta menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Raja Demak. Anak Pangeran Seda Lepen, yang bernama Arya Penangsang tidak terima ataskematian ayahnya. Dian menuntut balas atas kematian ayahnya, lalu membunuh Sultan Prawata beserta istrinya. Arya Penangsang juga membunuh pamannya, suami bibinya yang tinggal di kalinyamat (jepara) yang dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat.

kanker otak


-->
          Kanker Otak. sebelum membahas penyakit kanker otak mari kita ulas sedikit tentang otak. Otak adalah pusat kehidupan. Segala aktivitas kehidupan, hingga yang sekecil-kecilnya, hanya bisa terjadi melalui mekanisme yang diatur oleh otak. Dalam waktu yang bersamaan otak harus menjalankan beribu-ribu aktivitas sekaligus. Saat tiba-tiba mendengar suara klakson dari belakang maka secepat kilat otak menyuruh kaki meloncat ke tepi, menyuruh leher menoleh ke belakang, menyuruh  mata membelalak, menyuruh otot-otot menegang untuk mengatasi situasi darurat, menyuruh jantung memompa darah lebih kencang, menyuruh hidung tetap bernafas, dan masih banyak lagi yang harus diaturnya, bahkan terkadang masih sempat-sempatnya menyuruh mulut memaki

Asal Usul Nama Blora

      Asal usul nama Blora dan artinya sampai sekarang belum jelas. Menurut cerita rakyat, kata "blora" berasal dari kata 'belor' yang artinya 'lumpur' atau 'tanbecekah '. Selanjutnya kata 'belor' berkembang menjadi 'beloran' atau 'mbeloran' yang juga berarti 'tanah berlumpur'. Dalam perkembangan selanjutnya, kata 'beloran' atau 'mbeloran' diucapkan dengan kata 'bloran' atau 'mbloran'. Kata tersebut biasanya dipergunakan untuk menyebut nama suatu tempat yang mempunyai spesifikasi atau ciri-ciri seperti berikut. akan tetapi sampai saat ini tidak ada desa di Kabupaten Blora yang namanya menunjukkan ke arah pengertian tersebut (Riyanto, dkk: 1987 : 4).
        Cerita lain menyebutkan bahwa nama 'Blora' berasal dari kata 'belo lara' (anak kuda sakit), yaitu seekor anak kuda tunggang yang dihadiahkan oleh Asisten Residen Rembang kepada senopati Ngadi yang telah berhasil memadamkan pemberontakan Naya Gimbal/ Naya Sentika sehingga dia diangkat menjadi bupati karangjati yang semula hanya berupa kawedanan. adapun ceritanya adalah sebagai berikut