
Tampilkan postingan dengan label samin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label samin. Tampilkan semua postingan
orang samin bojonegoro
07.01
Labels:
samin
sejarah samin (bagian 3)
05.45
SAMIN SUROSENTIKO DAN AJARANNYA
AJARAN POLITIK
Dalam ajaran politiknya Samin Surosentiko mengajak pengikut-pengikutnya
untuk melawan Pemerintahan Koloniak Belanda. Hal ini terwujud dalam sikap :
1. Penolakan membayar pajak
2. penolakan memperbaiki jalan
3. penolakan jaga malam (ronda)
4. penolakan kerja paksa/rodi
Samin Surosentiko juga memberikan ajaran mengenai kenegaraan
yang tertuang dalam Serat Pikukuh Kasajaten, yaitu sebuah Negara akan terkenal
dan disegani orang serta dapat digunakan sebagai tempat berlindung rakyatnya
apabila para warganya selalu memperhatikan ilmu pengetahuan dan hidup dalam perdamaian.
sejarah samin ( bagian 2 )
00.02
SAMIN SUROSENTIKO DAN AJARANNYA
AJARAN KEBATINAN
Menurut warga Samin di Desa Tapelan, Samin Surosentiko dapat
menulis dan membaca aksara Jawa, hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa buku
peninggalan Samin Surosentiko yang diketemukan di Desa Tapelan dan beberapa
desa samin lainnya. Khusus di Desa Tapelan buku-bukun peninggalan Samin
Surosentiko disebut SERAT JAMUSKALIMOSODO, serat Jamuskalimosodo ini ada
beberapa buku.
Di antaranya adalah buku Serat Uri-uri Pambudi, yaitu buku
tentang pemeliharaan tingkah laku manusia yang berbudi. Ajaran kebatinan Samin
surosentiko adalah perihal manunggaling kawulo Gusti atau sangkan paraning
dumadi. Menurut Samin Surosentiko , perihal manunggaling kawulo Gusti itu
dapat diibaratkan sebagai rangka umanjing curiga ( tempat keris yang meresap
masuk ke dalam kerisnya )
sejarah samin ( bagian 1 )
23.36
GEGER SAMIN
Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859, di Desa Ploso
Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau
lebih dikenal dengan Samin Sepuh. Nama Samin Surosentiko yang asli adalah Raden
Kohar . Nama ini kemudian dirubah menjadi Samin, yaitu sebuah nama yang
bernafas kerakyatan. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan
Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan juga masih bertalian darah dengan
Pengeran Kusumoningayu yang berkuasa di daerah Kabupaten Sumoroto ( kini menjadi
daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada tahun 1802-1826.
Pada tahun 1890 Samin Surosentiko mulai mengmbangkan
ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora. Banyak penduduk di desa sekitar yang
tertarik dengan ajarannya, sehingga dalam waktu singkat sudah banyak masyarakat
yang menjadi pengikutnya. Pada saat itu pemerintah Kolonial Belanda belum
tertarik dengan ajarannya, karena dianggap sebagai ajaran kebatinan biasa atau
agama baru yang tidak membahayakan keberadaan pemerintah kolonial. Pada tahun
1903 Residen Rembang melaporkan bahwa ada sejumlah 722 orang pengikut samin
yang tersebar di 34 Desa di Blora bagian selatan dan daerah Bojonegoro. Mereka
giat mengembangkan ajaran Samin. Sehingga sampai tahun 1907 orang Samin
berjumlah + 5.000 orang. Pemerintah Kolonial Belanda mulai merasa was-was
sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.
Orang Samin di Sukolilo, Pati (1)
23.15
Wong Sikep
yang Skeptis
RADEN Kohar
(1859-1914) dari Desa Ploso Kedhiren, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora,
suatu hari mengubah namanya agar bernapaskan kerakyatan menjadi Samin
Surosentiko. Lelaki yang melahirkan saminisme itu lalu hadir sebagai sosok
kontroversial. Pengikut ajarannya memuja dia serupa dewa dan pahlawan penentang
kolonialisme. Akan tetapi, orang di luar penganut saminisme lebih banyak
mencemoohnya sebagai orang aneh dan lugu.
Namun,
ajarannya tidak bisa mati setelah dia meninggal dalam pembuangannya di luar
Jawa, luar wilayah yang sangat diagungkannya. Ajaran saminisme menyebar tak
semata di Blora tapi meluas hingga Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Madiun, Jember,
Banyuwangi, Purwodadi, Pati, Rembang, Kudus, Brebes, dan beberapa daerah lain.
Labels:
samin
Orang Samin di Sukolilo, Pati (2)
22.57
Urunan Hasil Panen sebagai Ganti Pajak
KEHIDUPAN sehari-hari wong Sikep di Dukuh Bombong, Desa
Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati dimulai pukul enam pagi. Saat
langit masih cukup remang, apalagi bila sedang musim penghujan, mereka yang
berusia remaja dan dewasa, sudah berduyun-duyun pergi ke ''sekolah''. Jangan
berpikir itu sebuah bangunan berisi ruang-ruang kelas tempat seorang siswa
belajar dan guru mengajar.
Bukan. Orang-orang Samin di situ tak memercayai pendidikan
formal seperti yang dikenal umum. ''Sekolah'' yang dimaksud itu, hamparan sawah
yang hampir setiap hari mereka datangi dan menjadi sumber utama penghidupan
mereka.
![]() |
WONG SINGKEP: Mbah Tarno ditemani putra bungsunya, Icuk
Bamban, dan menantu perempuannya ketika mengungkapkan perihal wong Sikep di
ruang tamu rumahnya. - SM/Saroni Asikin(55j)
|
''Apa kang aran sekolah? Iku lak ngajarke budi pekerti lan
ketrampilan. Kabeh diajarke ning pondhokane sedulur-sedulur Sikep. Ketrampilan
ya diajarke ning sawah-sawah. (Apa yang disebut sekolah? Itu kan mengajarkan
budi pekerti dan keterampilan. Semua diajarkan di rumah orang Sikep.
Keterampilan ya diajarkan di sawah-sawah)," ungkap Mbah Tarno, pemuka
masyarakat.
Labels:
samin