Sabtu, 28 Juli 2012

Legenda Aria Penangsang

       Aria Penangsang adalah seorang keturunan Raja Demak, cucu Sultan Trenggono, Raja Demak yang berkuasa dari tahun 1521-1546 M. Aria penangsang putra dari anak tertua Sultan Trenggono, yang oleh karena beliau mati terbunuh di sungai maka disebut Pangeran Seda Lepen. Menurut beberapa sumber, Sultan Trenggono mempunyai 5 putra, yaitu:
1.   Pangeran Seda Lepen
2.   Pangeran Ratu (Sunan Prawata)
3.   Pangeran Jipang
4.   Ratu Arya Jepara (Ratu Kalinyamat)
5.   Ratu Sedeng Laut

       Sultan Trenggono meninggal mendadak pada tahun 1546 M, pada saat melakukan ekspedisi ke Panarukan. Sepeninggal Sultan Trenggono, di demak terjadi perebutan kekuasaan sehingga jatuh banyak korban di lingkungan keluarga istana. Korban pertama adalah Pangran Seda Lepen, putra tertuan Sultan Trenggono, ayah Arya Penangsang, yang dibunuh atas perintah Pangeran Prawata, yaitu pputra kedua Sultan Trenggono.
Arya Penangsang
       Sepeninggal Pangeran Seda Lepen, Pangeran Prawata menjadi anak laki-laki tertua Sultan Trenggono sehingga dialah yang berhak naik tahta menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Raja Demak. Anak Pangeran Seda Lepen, yang bernama Arya Penangsang tidak terima ataskematian ayahnya. Dian menuntut balas atas kematian ayahnya, lalu membunuh Sultan Prawata beserta istrinya. Arya Penangsang juga membunuh pamannya, suami bibinya yang tinggal di kalinyamat (jepara) yang dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat.
       Arya Penangsang membunuh Sultan Prawata untuk balas dendam karena jika Pangeran Seda Lepen tidak terbunuh, maka beliaulah yang berhak menggantikan kedudukan Sultan Trenggono, kakeknya, sebagai Raja Demak. Dengan demikian dialah yang kelak berhak mewarisi tahta dinasti Kerajaan Demak, karena dia adalah keturunan laki-laki dari anak laki-laki tertua Sultan Trenggono. Dengan meninggalnya Pangeran Seda Lepen, pupuslah kesempatan Arya Penangsang untuk mewarisi tahta Kerajaan demak yang sebenarnya sudah di depan mata. Adapun Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Kalinyamat karena beliau juga merupakan ancaman bagi dirinya untuk meraih haknya atas tahta kerajaan Demak. Hal itu kaarena disamping beliau orangnyacakap, bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat, walaupun seorang perempuan juga sangat cakap. Terbukti sepeninggal suminya, (Pangeran Kalinyamat), beliau menjadi pusat keluarga Demak yang sudah tercerai berai. beliaulah yang mengasuh dan mengurusi seluruh keluarga. Selain itu, walaupun hanya seorang janda, beliau mampu merajai kota pelabuhan Jepara dengan sukses.
       Dengan meninggalnya Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat, Arya Penangsang menjadi keturunan laki-laki tertua Sultan Trenggono. Dengan demikian dia berhak kembali atas tahta kerajaan demak. Namun sepeninggal Sunan Prawata yang ditunjuk untuk menggantikan tahta Kerajaan Demak adalah Pangeran Kediri / Pangeran Pangiri, anak laki-laki Pangeran Seda Lepen, yang berarti adalah saudara Arya Penangsang. Akan tetapi kedudukan Pangeran Kediri / pangeran Pangiri sebagai Raja Demak hanya semacam kedudukan simbolis kerana dalam mangatur jalannya pemerintahan masih dibawah perlindungan Sultan Pajang, pamannya.
       Menurut cerita tutur jawa, Arya Penangsang menjadi adipati, yang menguasai wilayah Jipang Panolah. Arya Penangsang juga disebut dengan nama Arya Jipang. Sebagaimana diketahui, Jipang dan Panolah adalah dua nama tempat yang berbeda, yang kini berada di wilayah Kabupaten Blora. dengan begitu dapat diartikan bahwa Arya Penangsang adalah penguasa di dua wilayah tersebut sekaligus.
       Sebagaimana disebutkan di depan, di samping Pangeran Seda Lepen, yang merupakan ayah dari Arya Penangsang, Sultan Trenggono juga mempunyai putra yang bernama Pangeran Jipang. dengan demikian daat ditaftiskan bahwa Arya Penangsang di samping mewarisi wilayah kekuasaan ayahnya, yaitu Pangeran Seda Lepen, yaitu mungkin bernama Panolan, dia juga mewarisi wilayah kekuasaan pamannya, yauti Pangeran Jipang yang bernama Jipang. dengan demikian berarti dia menguasai dua wilayah sekaligus yaitu wilayah Jipang dan wilayah Panolan, sehingga dikenal dengan sebutan Adipati Jipang Panolan, yang merupakan wilayah bawahan Kerajaan demak.
Jak tingkir / Sultan Hadiwijaya
      Arya Penangsang akhirnya dikalahkan oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi adipati di Pajang, atas permintaan Ratu Kalinyamat yang merasa sakit hati karena dia telah membunuh suaminya. Disebutkan Ratu kalinyamat bersumpah atas nama suaminya, bahwa selama pembunuh suaminya masih berada di muka bumi, beliau tidak akan mengenakan busana, melainkan hanya menutupi tubuhnya dengan rambutnya yang panjang tergerai. Keberhasilan Jaka Tingkir mengalahkan Arya Penangsang adalah atas bantuan Ki Ageng Pemanahan dan Sutawijaya, Anak Pemanahan yang sudah diangkat anak oleh Jaka Tingkir. Atas jasanya tersebut Ki Ageng Pemanahan dan Sutawijaya diberi hadiah 'hutan Mentaok', yang kelak menjadi kerajaan besar bernama Mataram di bawah pimpinan Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati.
Ki Ageng Pemanahan
    Dengan kemenangannya atas Arya Penangsang, telah mengangkat penguasa Pajang (Jaka Tingkir) langsung ke jenjang kekuasaan tertinggi di Jawa Tengah. Ia lalu mengubah tempat kediamannya di Pajang menjadi ibukota kerajaan, dan mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwijoyo. Adapun ibukota lama, Demak, kemudian menjadi ibukota daerag yang berada di bawah kekuasaan Raja Pajang. Sepeninggal Arya Penangsang wilayah Jipang Panolan diambil alih oleh Sultan Hadiwijaya, kemudian diserahkan kepada putranya yang bernama Pangeran Benawa.

Sutawijaya / panembahan Senopati

      Pada saat Mataran tumbuh manjadi sebuah kerajaan yang semakin besar, Sultan Pajang menghawatirkan apabila kebesaran mataram akan mengancam keberadaan Kerajaan Pajang. Oleh karena itu Raja Pajang lalau berusaha memperingatkan raja Mataram, yaitu Panembahan senopati atau Sutawijaya yang sudah diangkatnya menjadi anak. Akan tetapi Panembahan Senopati ridah menghiraukannya, sehingga akhirnya pecah perang terbuka antara kerajaan Pajang dan mataram.
      Pasukan Pajang tidak berhasil mengalahkan bala pasukan Mataram, karena pasukan Matarpam dibantu oleh pasukan makhluk halus, anak buah ratu jin penguasa laut selajat. Atas kekalahan dalam melawan pasukan Mataram membuat hati Sultan Hadi Wijaya merasa sedih dan jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya Kerajaan Pajang beserta seluruh wilayah bawahannya jatuh di bawah kekuasan  Mataram, termasuk wilayah Kadipaten Jipang Panolan (Graaf dan Pigeaud, 1985)

Sumber: 
Ariani, Christriyati,
2007, Penelusuran Dan Pengkajian Cerita Rakyat di Kbupaten Blora. Blora: Kantor Pariwisata dan Kebudayaan
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar