Kita sudah ketahui bersama bahwa berjilbab adalah suatu hal yang
wajib bagi setiap muslimah. Namun seperti itulah wanita, selalu beri
berbagai alasan untuk tidak menutup auratnya. Coba perhatikan beberapa
alasan mereka:
Pertama: Yang penting hatinya dulu yang dihijabi.
Alasan,
semacam ini sama saja dengan alasan orang yang malas shalat lantas
mengatakan, “Yang penting kan hatinya.” Inilah alasan orang yang punya
pemahaman bahwa yang lebih dipentingkan adalah amalan hati, tidak
mengapa seseorang tidak memiliki amalan badan sama sekali. Inilah
pemahaman aliran sesat “Murji’ah” dan sebelumnya adalah “Jahmiyah”. Ini
pemahaman keliru, karena pemahaman yang benar sesuai dengan pemahaman
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, “Din dan Islam itu adalah perkataan dan
amalan, yaitu [1] perkataan hati, [2] perkataan lisan, [3] amalan hati,
[4] amalan lisan dan [5] amalan anggota badan.” (Matan Al ‘Aqidah Al
Wasithiyah, Ibnu Taimiyah)
Imam Asy Syaafi’i rahimahullah menyatakan,
الإيمان قول وعمل يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية
“Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.” (Hilyatul Awliya’, Abu Nu’aim)
Jadi tidak cukup iman itu dengan hati, namun harus dibuktikan pula dengan amalan.
Kedua: Bagaimana jika berjilbab namun masih menggunjing.
Alasan
seperti ini pun sering dikemukakan. Perlu diketahui, dosa menggunjing
(ghibah) itu adalah dosa tersendiri. Sebagaimana seseorang yang rajin
shalat malam, boleh jadi dia pun punya kebiasaan mencuri. Itu bisa
jadi. Sebagaimana ada kyai pun yang suka menipu. Ini pun nyata terjadi.
Namun
tidak semua yang berjilbab punya sifat semacam itu. Lantas kenapa ini
jadi alasan untuk enggan berjilbab? Perlu juga diingat bahwa perilaku
individu tidak bisa menilai jeleknya orang yang berjilbab secara
umum. Bahkan banyak wanita yang berjilbab dan akhlaqnya sungguh mulia.
Jadi jadi kewajiban orang yang hendak berjilbab untuk tidak
menggunjing.
Ketiga: Belum siap mengenakan jilbab.
Kalau
tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi?
Apa nanti jika sudah pipi keriput dan rambut beruban? Setan dan nafsu
jelek biasa memberikan was-was semacam ini, supaya seseorang
menunda-nunda amalan kebaikan.
Ingatlah kita belum tentu tahu jika
besok shubuh kita masih diberi kehidupan. Dan tidak ada seorang pun
yang tahu bahwa satu jam lagi, ia masih menghirup nafas. Oleh karena
itu, tidak pantas seseorang menunda-nunda amalan. “Oh nanti saja, nanti
saja”. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma memberi nasehat yang amat bagus,
إِذَا
أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ
تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ
حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .
“Jika engkau berada di waktu sore,
janganlah menunggu-nunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi,
janganlah menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu
sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan pula masa hidupmu sebelum
datang kematianmu” (HR. Bukhari no. 6416). Nasehat ini amat bagus
bagi kita agar tidak menunda-nunda amalan dan tidak panjang angan-angan.
(Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali)
Jika
tidak sekarang ini, mengapa mesti menunda berhijab besok dan besok
lagi. Seorang da’i terkemuka mengatakan nasehat 3 M, “Mulai dari diri sendiri, mulai dari saat ini, mulai dari hal yang kecil”.
http://remajaislam.com/islam-dasar/pojok-muslimah/104-berbagai-alasan-enggan-berjilbab.html
0 comments:
Posting Komentar