WISATA ZIARAH BLORA


MAKAM BUPATI BLORA TEMPO DULU
Makam Bupati Blora tempo dulu terletak di Desa Ngadipurwo Kecamatan Blora + 7 Km. ke arah Utara kota Blora. Dilokasi ini terdapat 8 (delapan) makam Bupati tempo dulu yang pernah menjabat di Kabupaten Blora dari Tahun 1762-1925. Untuk mengenang jasa-jasanya setiap tahun diadakan upacara ziarah yang berkaitan dengan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blora pada tanggal 11 Desamber. Adapun Bupati yang dimakamkan di Makam Ngadipurwo adalah: R.T. JAYENG TIRTONOTO, yaitu Bupati Blora Timur yang memerintah Tahun 1762-1782 pada masa Bupati kembar, yaitu R. WILOTIKTO di Blora Barat, tetapi kemudian R.T. WILOTIKTO menyerahkan kekuasaannya kepada R.T. JAYENG TIRTONOTO karena R. WILOTIKTO dipindahkan oleh ayahandanya di Kabupaten Pati. Dengan demikian sejak saat itu R.T. JAYENG TIRTONOTO memrintah sepenuhnya di Kabupaten Blora R.T. PRAWIROYUDO, yaitu Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1821-1823 R.T. WIRTONEGORO III, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1823-1842 Bupati JOYONEGORO ( putra Bupati Bojonegoro) R.M.T.A. COKRONEGORO I, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1842 ( hanya 7 Bulan) R.M.T.A. COKRONEGORO, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1857-1885 R.M.T.A. COKRONEGORO III, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1886-1908 R.M. SAID ABDUL KODIR, Bupati Blora yang memerintah pada Tahun 1908-1925.

MAKAM SUNAN POJOK
Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora, tempatnya di sebelah Selatan alon-alon Kota Blora. Dari data yang diperoleh bahwa makam Sunan Pojok adalah makam SUROBAHU ABDUL ROHIM, ia adalah seorang Perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di pesisir utara ( Tuban). Sekembalinya dari Tuban jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa POJOK ( Blora ). Pangeran SUROBAHU ABDUL ROHIM dikenal pula dengan sebutan Pangeran Pojok, makam tersebut sampai sekarang masih dipelihara dan dihormati oleh masyarakat. Kemudian karen jasanya , maka puteranya yang bernama JAYA DIPA diangkat menjadi Bupati Blora yang pertama ( dinasti Surobahu Abdul Rohom ), setelah wafat digantikan putranya JAYA WIRYA, kemudian JAYA KUSUMA yang keduanya setelah wafat dimakamkan di lokasi makam Pangeran Pojok Kauman. Makam ini sering dikunjungi oleh masyarakat dalam dan luar kota terutama malam Jumat Pon, dan pada Bulan Suro diadakan Khol yang dihadiri peziarah dari berbagai wilayah di Blora.

PMAKAM KH.ABDUL KOHAR
Makam K.H. ABDUL KOHAR, terletak di Desa Ngampel Kecamatan Blora + 10 Km kearah Utara Kota Blora ( jurusan Blora - Rembang ). K.H. ABDUL KOHAR adalah keturunan dari Kasultanan Demak, yaitu RADEN TRENGGONO. Semasa hidupnya K.H. Abdul Kohar selalu mengembara untuk memperdalam ilmu Agama Islam, akan tetapi setelah bertemu dengan Kyai NOOR FEQIEH disarankan supaya menetap disuatu tempat, yang akhirnya menetap,di Desa Ngampel dengan memulai babat hutan, mendirikan Masjid, Pondok Pesantren dan lain-lain. K.H. Abdul Kohar akhirnya meninggal dan dimakamkan di Desa Ngampel dan sampai sekarang selalu diperingati setiap tanggal 15 Suro Tahun Jawa.
 
MAKAM JATI KUSUMO DAN JATI SWARA
Makam Jati Kusumo dan Jati Swara terletak di Desa Janjang Kecamatan Jiken + 31 Km. ke arah Tenggara dari Kota Blora atau + 10 Km. dari Kecamatan Jiken. Mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut cerita Rakyat Pangeran Jati Kusumo dan Pangeran Jati Swara adalah dua bersaudara putera dari Sultan Pajang.

PETILASAN KADIPATEN JIPANG
Petilasan Kadipaten Jipang terletak di Desa Jipang, Kecamatan Cepu + 45 Km ke arah Tenggara dari kota Blora. Obyek wisata ini merupakan obyek wisata peninggalan sejarah dan adat budaya. Pada jaman kerajaan Pajang Kadipaten Jipang Panilan terletak di Desa Jipang Kecamatan Cepu yang letaknya persisi di pinggir Sungai Bengawan Solo. Disamping sebagai pusat pemerintahan juga sebagai Bandar perdagangan dengan memanfaatkan sungai Bengawan Solo. Kadipaten Jipang saat itu dibawah pemerintahan ARYA PENANGSANG dengan kudanya yang terkenal sakti bernama GAGAK RIMANG, yang sampai saat ini diabadikan menjadi nama RSPD kabupaten Blora.
 
MAKAM SRIKANDI ACEH POUCUT MEURAH INTAN
Makamnya terletak di Pemakaman Umum di Desa Temurejo Kecamatan Blora + 5 Km. kearah Utara dari Alon-alon kota Blora. Beliau adalah pahlawan wanita dari Aceh, yang oleh Belanda diasingkan di Daerah Blora dan meninggal pada tahun 1937, dan dimakam kan di Desa Temurejo Kecamatan Blora.
 
MAKAM MALING GENTIRI
Makam maling Gentiri terletak di Desa Kawengan kecamatan Jepon + 12 Km kearah timur dari kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut buku karya Sartono Dirjo (tahun 1984) serta buku tradisional Blora karya Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo (tahun 1996) serta hasil dari cerita rakyat, Gentiri adalah anak dari Kyai Ageng Pancuran yang pada saat hidupnya mempunyai kesaktian tinggi (sakti mondroguo), suka menolong kepada orang yang sedang kesusahan, orang yang tidak mampu dan sebagainya. Namun dia suka mencuri (maling) bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang lain yang sedang kesusahan. Maling gentiri dujuluki Ratu Adil yang dianggak sebagai tokoh yang suka mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Dengan perjalanan sejarah yang panjang akhirnya Maling Gentiri sadar dan semua perbuatan yang melanggar hokum dia tinggalakan dan akhirnya dia meninggal dan dimakamkan di Desa Kawengan Kecamatan Jepon. Karena jasa-jasanya banyak masyarakat setempat atau dari daerah lain yang dating ke makam tersebut karena masih dianggap keramat (Karomah) baik berziarah maupun tujuan tertentu.
 
MAKAM PURWO SUCI NGRAHO KEDUNGTUBAN
Makam Purwo Suci terletak di dukuh Kedinding Desa Ngarho kecamatan Kedungtuban + 43 Km kearah tenggara dari kota Blora, mudah dijangkau kendaraan roda dua ataupun roda empat sampai kejalan desa, serta jalan kaki sambil menikmati pemandangan alam untuk mencapai ke makam + 500 m karena letaknya berada di puncak perbukitan dengan luas areal + 49 m2. menurut informasi atau cerita dari masyarakat setempat, makam Purwo Suci adalah makam seorang Adipati Panolan sesudah Ario Penangsang bernama Pangeran Adipati Noto Wijoyo. Didalam halaman tersebut juga terdapat makam Nyai Tumenggung Noto Wijoyo. Karena jasa-jasanya yang sampai saat ini masih dikunjungi masyarakat untuk tujuan tertentu bahkan pernah dipugar oleh Bupati Blora pada tahun 1864 dengan memakai sandi sengkolo, Karenya Guna Saliro Aji (1864) menurut cerita yang panjang makam ini cocok dikunjungi wisatawan yang senang olah roso dan olah kebatinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber:
 http://www.blorakab.go.id/04_wziarah.php

0 comments:

Posting Komentar